PERINGATAN !!!
Iklan yang muncul tergantung minat pengunjung atau karena riwayat situs lain yang pernah dikunjungi. SELENGKAPNYA

sholawat mansub - nonstop 100x


Sholawat mansub ini merupakan karomah Syekh Sholeh bin Muhsin al-Hamid, yang lahir di Hadramaut, Yaman pada tahun 1895 M. Syekh Sholeh melakukan perjalanan ke Indonesia pada tahun 1921 M. Syekh Sholeh kemudian menetap di Jember, Jawa Timur, lalu menikah dengan perempuan yang berasa dari Lumajang. Syekh Sholeh memang dikenal seorang ulama yang shaleh, selalu berdzikir kepada Allah SWT, dan masih memiliki garis keturunan dengan Nabi Muhammad SAW, melalui Fatimah az-Zahra dan Ali bin Abi Thalib. Syekh Sholeh di Jember tujuannya ialah untuk menyebarkan Islam, karena notabene masyarakat disana merupakan yang tidak begitu memahami agama Islam. Disebabkan Syekh Sholeh mampu menjawab segala permasalahan masyarakat setempat, maka peran Syekh Sholeh sangat dibutuhkan. Hingga akhirnya masyarakat Jember dan sekitarnya memilih untuk masuk agama Islam dengan berguru dengan Syekh Sholeh. KISAH MUNCULNYA SHOLAWAT MANSUB Pada kitab Manaqib al-Habib Sholeh bin Muhsin al-Hamid, karangan Abdul Kadir al-Habsyi dijelaskan tentang asal mula Shalawat mansub terbentuk. Ada dua pendapat terkait lahirnya karomah sholawat mansub Syekh Sholeh. Yang pertama, saat Syekh Sholeh berziarah di makam Rasulullah, Madinah. Ketika Syekh Sholeh melakukan khalwat di makam Rasulullah, ia memdapat bisikan suara sayup-sayup lafal shalawat yang sekarang disebut dengan shalawat mansub. Konon, suara tersebut muncul dari Nabi Muhammad SAW. Pendapat kedua shalawat mansub muncul karena diberikan dari Nabi Khidir ketika Syekh Sholeh melakukan perjalanan spiritual. Pada sat itu, Nabi Khidir menjelma menjadi pengemis. Kronologi ceritanya, Syekh Sholeh berada di stasiun ingin melakukan perjalanan, tiba-tiba ia dihampiri seorang pengemis, yang meminta uang kepada Syekh Sholeh, namun Syekh Sholeh tidak mempunyai uang. Pengemis tetap memaksa meminta uang, seketika Syekh Sholeh sadar, bahwa pengemis tersebut jelmaan dari Nabi Khidir. Khalwat yang dilakukan oleh Syekh Sholeh ini berkisar selama tiga tahun. Disaat itu kemudian sholawat mansub hadir. Lantunan Sholawat mansub terdengar sayup-sayup di telinga Syekh Sholeh, kemudian Syekh sholeh mencoba melafalkannya dengan pelan dan menghafalkannya. Maka dari peristiwa itulah shalawat tersebut dinamai Syekh Sholeh dengan sebutan Shalawat Mansub. Berikut Sholawat Mansub ijazah Syekh Sholeh bin Muhsin al-Hamid : اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، صَلاَةً تَغْفِرُ بِهَا الذُّنُوْبَ، وَتُصْلِحُ بِهَا الْقُلُوْبَ، وَتَنْطَلِقُ بِهَا الْعُصُوْبُ، وَتَلِيْنُ بِهَا الصُّعُوْبُ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ إِلَيْهِ مَنْسُوْبٌ ALLOOHUMMA SHOLLI 'ALAA SAYYIDINAA MUHAMMAD, SHOLATAN TAGHFIRU BIHADZ-DZUNUUB, WATUSH-LIHU BIHAL QULUUB, WATANG THOLIQU BIHAL 'U-SHUUB, WATALIINU BIHASH-SHU'UUB, WA 'ALAA AALIHII WA SHOHBIHII WAMAN ILAIHI MANSUUB Ya Allah, limpahkanlah sholawat atas junjungan kami, Nabi Muhammad yang dengannya Engkau ampuni kami, Engkau perbaiki hati kami, menjadi lancar urat-urat kami, menjadi mudah segala kesulitan, juga kepada keluarganya dan para sahabatnya. Pembacaan sholawat mansub yang diajarkan Syekh Sholeh bin Muhsin al-Hamid sampai sekarang mampu menjadi tradisi di tengah masyarakat Jember serta sekitarnya. Baik dipraktikan secara jama’ah atau dipraktikkan dengan pribadi. Jika diamalkan secara pribadi setiap hari, dianjurkan pembacaan sholawat mansub dilakukan setelah sholat fardhu sebanyak 11 atau 41 kali dengan niat untuk memperoleh kemudahan dan terkabulnya segala hajat. Tata cara membaca shalawat Mansub diawali dengan bertawassul kepada Nabi Muhammad Saw, kemudian disusul bertawassul kepada Habib Abu Bakar Assegaf yaitu guru Syekh Sholeh di Gresik, baru terakhir tawassul kepada Habib Sholeh bin Muhsin. Akan tetapi, jika dipraktikkan secara berjama’ah maka pembacaan sholawat mansub dipimpin oleh cucu Syekh Sholeh, yaitu Habib Hasan atau yang masih senasab dengan Syekh Sholeh, pembacaan sholawat mansub sebanyak 141 kali. Hingga pada saat sekarang sholawat mansub mampu menjadi sebuah tradisi, baik masyarakat setempat, bahkan, ada juga pendatang dari luar negeri seperti Yaman, Turki dan lainnya, mengikuti praktik pembacaan Sholawat mansub bersama, serta berziarah di makam Syekh Sholeh bin Muhsin al-Hamid. Wallahu alam (Dikutip dari berbagai sumber)

Tidak ada komentar