PERINGATAN !!!
Iklan yang muncul tergantung minat pengunjung atau karena riwayat situs lain yang pernah dikunjungi. SELENGKAPNYA

sholawat wahidiyah


Pada awal bulan Juli 1959, Hadlrotus Syekh Al-Mukarrom Romo KH Abdoel Madjid Ma’roef, Pengasuh Pesantren Kedunglo, Desa Bandar Lor, Kota Kediri, menerima "alamat ghoib" - istilah yang digunakan Beliau - dalam keadaan terjaga dan sadar, bukan dalam mimpi. Maksud dan isi alamat ghoib tersebut kurang lebih: "supaya ikut berjuang memperbaiki mental masyarakat lewat jalan bathiniyah."

Setelah menerima alamat ghoib tersebut, Beliau sangat prihatin. Kemudian Beliau mencurahkan dan memusatkan kekuatan bathiniyah, melakukan mujahadah (istilah Wahidiyah), berdoa dengan sungguh-sungguh, dan mendekatkan diri kepada Allah, memohon kesejahteraan bagi umat manusia, terutama dalam perbaikan mental dan akhlak mereka, serta kesadaran akan Allah dan Rasul-Nya. Doa-doa dan amalan yang Beliau tingkatkan adalah doa-doa sholawat, seperti Sholawat Badawiyah, Sholawat Nariyah, Sholawat Munjiyat, Sholawat Masisiyah, dan masih banyak lagi. Bisa dikatakan bahwa hampir seluruh doa yang Beliau amalkan untuk memenuhi maksud alamat ghoib tersebut adalah doa-doa sholawat. Seperti seolah-olah seluruh waktunya Beliau digunakan untuk membaca sholawat. Contohnya, saat Beliau bepergian dengan sepeda, Beliau akan memegang stir sepeda dengan tangan kiri dan tangan kanannya akan dimasukkan ke dalam saku baju untuk memutar tasbih. Misalnya, untuk Sholawat Nariyah, Beliau terbiasa mengkhatamkannya sebanyak 4444 kali dalam waktu kurang lebih 1 jam.

Jumlah bacaan yang luar biasa dalam waktu singkat seperti itu bagi Beliau bukanlah hal yang tidak mungkin. Ini disebut sebagai "KAROMAH" yang diberikan oleh Allah kepada beberapa Wali Allah. Karomah tersebut sering disebut sebagai "thoyyul-waqti" (melipat/memperpendek waktu), seperti karomah yang serupa yang disebut "thoyyul-ardli" (melipat/memperpendek jarak di bumi). Ini berarti jarak atau waktu yang biasanya memerlukan waktu lama (jam, hari, minggu) bagi kebanyakan orang, bagi beberapa wali Allah yang diberi karomah dalam bidang itu, bisa ditempuh hanya dalam beberapa saat atau bahkan dalam sekejap mata. Dalam Al-Quran, Allah menceritakan tentang seorang pengikut Nabi Sulaiman yang diberi kemampuan untuk membawa singgasana Ratu Bilqis di depan Nabi Sulaiman dalam waktu sekejap mata (Q.S. An-Naml 40).

Pada awal tahun 1963, Beliau menerima alamat ghoib lagi, mirip dengan yang Beliau terima pada tahun 1959. Alamat kedua ini adalah peringatan terhadap alamat ghoib yang pertama. Beliau meningkatkan lagi upaya mujahadah dan berusaha mendekatkan diri kepada Allah, meskipun kondisi fisiknya sering terganggu, tetapi tidak memengaruhi kondisi bathiniyahnya.

Tidak lama setelah alamat ghoib kedua tersebut, masih pada tahun 1963, Beliau menerima alamat ghoib yang ketiga dari Allah. Alamat ketiga ini lebih keras dari yang kedua, dengan ancaman bahwa Beliau harus segera melaksanakannya. Beliau merasa gemetar dan sangat prihatin. Setelah itu, semakin bertambah prihatin, mujahadah, taqorrub (mendekatkan diri kepada Allah), dan permohonan kepada Allah.

Dalam keadaan bathiniyah yang senantiasa berfokus pada Allah dan Rasul-Nya, Beliau menyusun suatu doa sholawat. Doa sholawat ini lahir dari bathiniyah yang bergetar dalam frekuensi tinggi kepada Allah dan Rasul-Nya, dengan perasaan tanggung jawab dan prihatin terhadap umat manusia. Sholawat tersebut adalah:

اَللّهُمَّ كَمَا أَنـْتَ أَهْـلُهْ, صَـلّ وَسَـلّمْ وَبـَارِك ْعَـلَىسَـيّــدِنـَا وَمَــوْلانَـا وَشَفِـيْعِنَا وَحَبِـيْبـِنَا وَقُـرَّة ِأَعْـيُـنِـنَا مُحَـمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كمَا هُوَ أَهْـلُهْ, نَسْـأَلُكَ اللّـهُمَّ بـِحَقِّهِ أَنْ تُغْرِقَـنَا فِى لُجَّةِ بَحْر الْوَحْدَةْ, حَتَّى لا نَرَى وَلانَسْمَعَ ولا نَجِدَ وَلاَ نُحِسَّ وَلا نَـتَحَرَّك وَلا نَسْكُنَ إِلاّ َّبِهَا, وَتَرْزُقَــنَا تَمَـامَ مَغْـرف تِكْ , وَتَمَامَ  نِعْمَتـِك ْ, وَتَمَامَ مَعْرِِفَـتِكْ , وَتَمَامَ مَحَبَّـتِـك

ْ , وَتَـمَامَ رضْـوَانِكْ , وَصَـلّ وَسَلِّمْ وَبَاركْ عَلَيْهِ وَعَلَىآلِهِ وَصَحْبِهْ , عَدَدَ مَآ أَحَاط بهِ عِلْمُك وَأَحْصَـاهُ كِتَابُكْ , بِرَحْمَـتِكَ يـَآ أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْن , وَالْحَـمْـدُ  ِللهِ رَبّ ِالْـعَالَمِــْين.


Doa sholawat ini diberi nama "Sholawat Ma’rifat" oleh Beliau.

Kemudian, Beliau meminta tiga orang untuk mengamalkan sholawat ini. Hasilnya adalah perasaan tenteram dalam hati, pemikiran yang lebih tenang, dan lebih banyak keinginan untuk mengingat Allah. Kemudian, Beliau menyuruh beberapa santri pondok untuk mengamalkannya, dan hasilnya sama seperti yang diperoleh oleh tiga orang pertama yang mencobanya.


Beberapa waktu kemudian, masih pada tahun 1963, pada bulan Muharram, beliau kembali menyusun Sholawat, yang berbunyi:

"اللهم ياواحد يا أحد، ياواجد يا جواد، صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد، في كل لمحة ونفس بعدد معلومات الله وفوضياته وأمداده."

bacaan sholawat >> https://youtu.be/5YwblPc4mJM

Sholawat ini kemudian ditempatkan sebagai yang pertama dalam urutan Sholawat Wahidiyah. Karena lahirnya Sholawat ini pada bulan Muharram, beliau menetapkan bulan Muharram sebagai bulan kelahiran Sholawat Wahidiyah, yang dirayakan setiap tahun dengan pelaksanaan Mujahadah Kubro Wahidiyah.

Untuk menguji khasiat Sholawat ini, beliau memerintahkan beberapa orang untuk mengamalkannya. Alhamdulillah, hasilnya lebih positif. Mereka diberkahi oleh Allah dengan ketenangan batin dan kesadaran hati yang lebih kuat kepada Allah.

Sejak saat itu, beliau memberikan ijazah Sholawat "اللهم ياواحد" dan "اللهم كما أنت أهله" secara umum, termasuk kepada para tamu yang berkunjung (berziarah) kepada beliau. Selain itu, beliau menugaskan seorang santri untuk menulis Sholawat tersebut dan mengirimkannya kepada para ulama/kyai yang alamatnya diketahui, dengan menyertakan surat pengantar yang ditulis oleh beliau sendiri. Isi surat pengantar tersebut, antara lain, meminta agar Sholawat yang dikirim dapat diamalkan oleh masyarakat setempat. Sampai saat itu, tidak ada jawaban negatif dari para ulama/kyai yang menerimanya.

Dari hari ke hari, semakin banyak yang datang memohon ijazah amalan Sholawat Wahidiyah. Oleh karena itu, beliau memberikan ijazah secara mutlak, artinya dapat diamalkan sendiri dan disebarkan kepada orang lain tanpa pandang bulu.

Sejak sebelum munculnya Sholawat tersebut, di Masjid Kedunglo setiap malam Jumat secara rutin diadakan pengajian kitab Al-Hikam yang dipandu langsung oleh Hadhrotul Mukarrom Muallif sendiri. Pengajian ini diikuti oleh santri, masyarakat sekitar, dan beberapa kyai dari Kota Kediri. Pada salah satu pengajian rutin, Sholawat "ALLOOHUMMA KAMAA ANTA AHLUH ..." ditulis di papan tulis. Beliau menjelaskan maknanya, memberikan ijazah untuk diamalkan, dan menyertakan Sholawat "ALLOOHUMMA YAA WAAHIDU...".

Karena banyaknya permintaan ijazah untuk dua Sholawat tersebut, KH Mukhtar dari Tulungagung, seorang pengamal Sholawat Wahidiyah dan ahli kaligrafi Arab, membuat lembaran Sholawat Wahidiyah dengan "ALLOOHUMMA KAMAA ANTA AHLUH..." dan "ALLOOHUMMA YAA WAAHIDU...". Pembuatan dilakukan dengan stensil sederhana dan biaya sendiri, dibantu oleh beberapa pengamal dari Tulungagung.

Pengajian kitab Al-Hikam yang awalnya diadakan setiap malam Jumat, atas usulan peserta yang bekerja, kemudian diubah menjadi hari Minggu pagi hingga sekarang. Sebelumnya, acara dimulai dengan Sholat Tasbih berjama'ah dan Mujahadah Sholawat Wahidiyah. Pada salah satu pengajian dalam tahun 1963, Beliau menjelaskan tentang "HAQIQOTUL WUJUD" hingga konsep "BIHAQIQOTIL MUHAMMADIYYAH" yang kemudian disempurnakan dengan "LIRROSUL-BIRROSUL". Pada saat itu, Sholawat ketiga disusun, disebut "SHOLAWAT TSALJUL QULUB" (Sholawat salju hati / pendingin hati) dengan nama lengkap "SHOLAWAT TSALJUL GHUYUUB LITABRIIDI HAROROTIL-QULUUB".


Ketiga rangkaian Sholawat ini diawali dengan surat Al-Fatihah dan disebut "SHOLAWAT WAHIDIYAH". Kata "WAHIDIYAH" diambil dari "ASMAUL HUSNA" yang terdapat dalam Sholawat pertama, yaitu "WAAHIDU" yang artinya "MAHA SATU". Para ahli menyatakan bahwa di antara manfaat "AL-WAAHIDU" adalah menghilangkan rasa bingung, sumpek, resah, dan takut. Barang siapa mengamalkannya dengan sepenuh hati, dia akan diberikan keberanian dan ketakutan hanya kepada Allah.

Pada tahun 1963, diadakan pertemuan ulama dan tokoh masyarakat pengamal Sholawat Wahidiyah di Langgar Bapak KH. Abdul Jalil di Kediri. Hasil pertemuan tersebut termasuk penulisan Lembaran Sholawat Wahidiyah dan formulasi jaminan. Pada awal tahun 1964, menjelang ulang tahun Sholawat Wahidiyah yang pertama, lembaran ini mulai dicetak dengan klise pertama kalinya oleh Bapak KH Mahfudz dari Ampel-Surabaya atas biaya dari Ibu Hj. Nur AGN. Susunan dalam lembaran itu beredar luas dan mendapat respon beragam.

Pada tahun 1964, setelah peringatan ulang tahun Sholawat Wahidiyah pertama, diadakan Asrama Wahidiyah I di Kedonglo selama tujuh hari tujuh malam. Kalimat "YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOOH" muncul dalam asrama ini dan dimasukkan dalam lembaran Sholawat Wahidiyah. Hingga awal tahun 1968, lembaran Sholawat Wahidiyah berisikan tiga rangkaian tersebut beredar tanpa perubahan.


==================
sholawat wahidiyah,wahidiyah,pembuktian sholawat wahidiyah,sholawat,ijazah sholawat,sholawat jibril,ijazah sholawat jibril,keajaiban sholawat,sholawat jibril 1000,sholawat jibril 4444,sholawat memanggil uang,keajaiban sholawat jibril,kuliah wahidiyah,sholawat wahidiyah 717,mualif sholawat wahidiyah,sholawat wahidiyah terbaru,wahidiyah sesat,wahidiyah pusat,isi sholawat wahidiyah,sholawat wahidiyah full,sholawat wahidiyah latin

Tidak ada komentar