PERINGATAN !!!
Iklan yang muncul tergantung minat pengunjung atau karena riwayat situs lain yang pernah dikunjungi. SELENGKAPNYA

Hizib Bahr: Keistimewaan, Tata Cara, dan Adab Membacanya

 

Hizib Bahr adalah salah satu bacaan yang populer di kalangan ulama, santri, dan pengamal tarekat, terutama tarekat Syadziliyah. Kata "bahr" atau "bahar" sendiri berarti laut. Konon, sebelum disebarkan secara luas, kumpulan dzikir ini dibiarkan mengapung di lautan, seperti yang dijelaskan dalam kitab al-Kunuz an-Nuraniyah.

 

Kitab tersebut menjelaskan, "Hizib ini disebut Hizib Bahar karena ditaruh di laut, dan karena menyebut kata 'al-Bahr', juga dinamakan al-Hizib ash-Shaghir."

 

Hizib Bahr diterima langsung oleh Syaikh Abu Hasan asy-Syadzili dari Rasulullah SAW, terkait dengan lautan yang tenang. Beliau adalah seorang ulama sufi terkemuka yang lahir pada tahun 571 H dan wafat pada tahun 656 H.

 

Keutamaan Hizib Bahr

 

Hizib Bahr memiliki keistimewaan dan sangat dianjurkan untuk diamalkan secara istiqomah. Para ulama menyatakan bahwa hizbul bahri mengandung Ismullohil 'adhom dan beberapa rahasia yang sangat agung.

 

Syaikh Abu Hasan asy-Syadzili menyatakan, "Hizib Bahr adalah hizib derajatnya agung. Jika dibaca oleh orang yang khawatir, dia akan merasa aman, bagi yang sakit, dia akan sembuh, dan bagi yang sedang bersedih, kesedihannya akan hilang. Jika dibaca di suatu tempat, tempat itu akan aman dari mara bahaya, dan disebut sebagai 'al-'Iddah al-Wafiyah wa al-Jannat al-Waqiyah.'"

 

Tata Cara dan Adab Membaca Hizib Bahr

 

Untuk membaca Hizib Bahr dengan benar, diperlukan tata cara dan adab sebagai berikut:

 

1. Menjaga adab yang baik, termasuk saat membaca dzikir dan hizib-hizib.

2. Tidak meminta pertolongan kecuali kepada Allah SWT.

3. Bertawassul dengan membacakan Surat al-Fatihah kepada Imam Abi Hasan asy-Syadzili.

4. Jika memiliki hajat tertentu, membayangkan hajat tersebut saat membaca kata "al-Bahr" dalam Hizib ini.

5. Saat membaca ayat "Hâ mîm" yang berjumlah tujuh, menghadap ke depan, belakang, kanan, kiri, atas, dan bawah.

6. Sebelum membaca "Hâ mîm" yang ketujuh, membaca kalimat tertentu untuk menolak segala cobaan dari enam arah.

7. Saat mengucapkan "Kâf hâ yâ 'aîn shâd kifâyatunâ", menggunakan tangan kanan untuk menggenggam jari satu per satu, dimulai dari jari kelingking hingga jempol.

8. Setelah menyelesaikan bacaan "Hâ mîm 'aîn sîn qhâf," membuka genggaman tangan kanan dari jempol hingga jari yang terakhir kali digenggam.


Tidak ada komentar