Hizib Bahr: Keistimewaan, Tata Cara, dan Adab Membacanya
Hizib Bahr adalah salah satu bacaan yang
populer di kalangan ulama, santri, dan pengamal tarekat, terutama tarekat
Syadziliyah. Kata "bahr" atau "bahar" sendiri berarti laut.
Konon, sebelum disebarkan secara luas, kumpulan dzikir ini dibiarkan mengapung
di lautan, seperti yang dijelaskan dalam kitab al-Kunuz an-Nuraniyah.
Kitab tersebut menjelaskan, "Hizib ini
disebut Hizib Bahar karena ditaruh di laut, dan karena menyebut kata 'al-Bahr',
juga dinamakan al-Hizib ash-Shaghir."
Hizib Bahr diterima langsung oleh Syaikh Abu
Hasan asy-Syadzili dari Rasulullah SAW, terkait dengan lautan yang tenang.
Beliau adalah seorang ulama sufi terkemuka yang lahir pada tahun 571 H dan
wafat pada tahun 656 H.
Keutamaan Hizib Bahr
Hizib Bahr memiliki keistimewaan dan sangat
dianjurkan untuk diamalkan secara istiqomah. Para ulama menyatakan bahwa hizbul
bahri mengandung Ismullohil 'adhom dan beberapa rahasia yang sangat agung.
Syaikh Abu Hasan asy-Syadzili menyatakan,
"Hizib Bahr adalah hizib derajatnya agung. Jika dibaca oleh orang yang
khawatir, dia akan merasa aman, bagi yang sakit, dia akan sembuh, dan bagi yang
sedang bersedih, kesedihannya akan hilang. Jika dibaca di suatu tempat, tempat
itu akan aman dari mara bahaya, dan disebut sebagai 'al-'Iddah al-Wafiyah wa
al-Jannat al-Waqiyah.'"
Tata Cara dan Adab Membaca Hizib Bahr
Untuk membaca Hizib Bahr dengan benar,
diperlukan tata cara dan adab sebagai berikut:
1. Menjaga adab yang baik, termasuk saat
membaca dzikir dan hizib-hizib.
2. Tidak meminta pertolongan kecuali kepada
Allah SWT.
3. Bertawassul dengan membacakan Surat
al-Fatihah kepada Imam Abi Hasan asy-Syadzili.
4. Jika memiliki hajat tertentu, membayangkan
hajat tersebut saat membaca kata "al-Bahr" dalam Hizib ini.
5. Saat membaca ayat "Hâ mîm" yang
berjumlah tujuh, menghadap ke depan, belakang, kanan, kiri, atas, dan bawah.
6. Sebelum membaca "Hâ mîm" yang
ketujuh, membaca kalimat tertentu untuk menolak segala cobaan dari enam arah.
7. Saat mengucapkan "Kâf hâ yâ 'aîn shâd
kifâyatunâ", menggunakan tangan kanan untuk menggenggam jari satu per
satu, dimulai dari jari kelingking hingga jempol.
Tidak ada komentar